Rabu, 11 November 2020

MENDESAIN TANTANGAN DI MATERI PELAJARAN

Sumber Foto : 

http://sumutinvest.com/2020/06/05/kegiatan-belajar-mengajar-dari-rumah-di-sumut-diperpanjang/


" Saya nggak suka pelajaran Bahasa Indonesia karena nggak ada tantangan " Ujar seorang siswa ketika ditanya tentang pelajaran yang tidak disukainya. Alasannya cukup menarik sekaligus menggelitik tentang ketidaksukaannya  akan pelajaran Bahasa Indonesia. Selanjutnya kami diskusi tentang makud "TANTANGAN" yang beliau pikirkan dalam proses pembelajaran khususnya Bahasa Indonesia.

Bagi setiap guru bidang studi ( terkhusus guru bidang Bahasa Indonesia ) ini tentu menjadi sebuah tantangan untuk menciptakan proses belajar mengajar yang penuh dengan tantangan. Ini tentu sejalan dengan model pembelajaran abad 21 yang memberikan penekanan proses pembelajaran yang tidak saja berpusat pada kemampuan kognitif tetapi mencakup kemampuan keterampilan baik secara personal maupun sosial yang dikenal dengan kemampuan 4C ( Critical thinking/Keterampilan Berpikir kritis, Creativity/ Keterampilan berpikir Kreatif, Collaboration/ Keterampilan berjasama, dan Communication/ Keterampilan Komunikasi ).  Keempat standar keterampilan ini adalah keterampilan yang memiliki daya tantangan . Artinya memang dalam proses pembelajaran kepada peserta didik , guru harus mendesain pembelajaran itu yang penuh tantangan . Desain tantangan inilah yang dapat membangkitkan keterampilan peserta didik .

Merancang dan mendesain pembelajaran yang memiliki daya tantangan yang mampu membangkitan kemampuan keterampilan 4C tentu ini menjadi tantangan juga kepada tenaga pendidik.  Harus diakui ini tentu bukanlah hal yang mudah bagi setiap guru . Indikatornya dapat kita lihat betapa rendahnya secara umum nilai Ujian Kemampuan Guru ( UKG ) berada dibawah nilai enam. Guru harus lebih banyak lagi untuk belajar mengasah kemampuan keterampilan  mengajar yang mengacu kepada keterampilan 4C sebagai model pembelajaran abad 21.

Secara sederhana desain pembelajaran yang penuh tantangan itu adalah desain pembelajaran yang mampu menjawab keterampilan 4C tersebut. Apa yang harus dilakukan guru untuk membangkitkan cara berpikir kritis siswa, keterampilan berpikir kreatif, keterampuilan bekerja sama maupun keterampilan berkomunikasi di dalam bidang studinya masing-masing. Sekali lagi ini bukanlah hal yang mudah. Apalagi sampai saat ini pelatihan-pelatihan guru hampir tidak tuntas untuk mengasah keterampilan guru. Tidak hanya sampaui disitu, kondisi gurupun banyak yang tidak menyediakan waktunya untuk belajar secara mandiri dan literasinya yang minim. Belum lagi enggannya untuk mengikuti pelatihan-pelatihan yang banyak tersebar baik yang gratis maupun berbayar.

Semoga kondisi ini adalah bagian dari  TANTANGAN buat kita sebagai guru. 

0 comments:

Posting Komentar