Minggu, 15 Desember 2024
Catatan Pelatihan Kader Penggerak Ukhwah Islamiyah
Komisi Ukhwah Majelis ulama Indonesia Sumatera Utara melaksanakan kegiatan Pelatihan Kader Penggerak Ukhwah Islamiyah Angkatan IV. Kegiatan ini dilaksanakan 14-15 Desember 2024 di Sidikalang. Peserta kegiatan ini berasal dari sembilan MUI kabupaten/kota kawasan geopark kaldera di Sumatera Utara.
Pelatihan ini diharapkan akan muncul kader-kader penggerak untuk membangun Ukhwah Islamiyah. Secara tersirat pelatihan ini memberikan sinyal bahwa ukhuwah Islamiah kita dalam masalah. Menarik apa yang disampaikan narasumber DR. Muhammad Yafidz mengatakan bahwa ukhuwah dalam bentuk saling menghormati sudah selesai tetapi kalau saling berbagi dan membangun belum terwujud sama sekali. Inilah tugas kita ke depan bagaimana berupaya membangun ukhwah Islamiyah.
Materi pelatihan yang disampaikan keseluruhannya punya satu visi yang sama yaitu bagaimana membangun ukhwah Islamiyah. Islam adalah agama yang membangun semangat ukhuwah. Islam sebagai rahmatan Lil alamin merupakan pondasi ukhuwah Islamiah. Oleh sebab itulah ummat harus memahami Islam dengan sebenarnya agar ukhuwah itu bisa terbina. Inilah yang disampaikan narasumber Drs. Hatta Siregar.
Segmen pemuda harus menjadi perhatian penting kita untuk membangun Ukhwah Islamiyah. Semangat ukhuwah inilah yang harus kita tanamkan generasi Islam kita. Harus ada cara yang kita desain untuk membangun Ukhwah Islamiyah di kalangan generasi muda Islam. DR. Winda dalam paparannya menantang peserta pelatihan kader ukhuwah untuk membuat aksi nyata bagaimana membangun ukhwah di kalangan generasi muda Islam.
Membangun ekonomi ummat juga menjadi perhatian dalam kegiatan pelatihan kader ukhuwah Islamiah. Jumlah ummat yang banyak menjadi sebuah potensi membangun ekonomi ummat. Dr. Muhammad Yafiz,M.Ag memberikan gambaran bagaimana membangun ekonomi ummat dengan ekonomi syariah. Ekonomi ummat Islam bisa maju harus dimulai dengan semangat ukhuwah Islamiah. Jika hari ini kita tidak memiliki kekuatan ekonomi salah satunya akibat ukhuwah Islamiah yang masih rapuh.
Dari catatan Pelatihan Penggerak Ukhwah Islamiyah MUI Sumatera Utara setiap kita perlu membangun semangat ukhuwah. Ukhuwah dimulai dari lingkungan terkecil termasuk saat melakukan kegiatan pelatihan seperti yang sedang kita lakukan. Menariknya simulasi yang dilakukan oleh narasumber Dr. Irwansyah melihat kondisi pengelompokan tempat peserta, rendahnya menghargai dan mendengar permasalahan dari daerah lain adalah contoh kecil rendahnya ukhuwah Islamiah kita. Padahal masih dalam sebuah ruangan.
Drs. H.Sariman al-Faruq sebagai narasumber terakhir menyampaikan bahwa silaturahmi dan ukhuwah merupakan tantangan bagi pemuda Islam. Silaturahmi harus diperkuat dan itu menjadi tanggung jawab pemuda Islam.
Tentu ini sebuah pelatihan dan tentu tidak berhenti sampai di sini. Peserta diharapkan menjadi Kader yang mampu menyampaikan di tengah-tengah ummat. Tentu ini bukanlah hal yang mudah namun harus dilakukan. Harus ada gerakan sekecil apapun dilakukan untuk membangun Ukhwah di daerah masing-masing. Banyak tantangan di tengah-tengah ummat untuk membangun Ukhwah Islamiyah di tengah-tengah.
Semoga semangat membangun ukhwah Islamiyah tidak berhenti sampai di ruang pelatihan tetapi harus kita lakukan di tengah-tengah. Selamat berjuang sebagai kader ukhuwah Islamiah membangun ukhwah Islamiyah.
Selasa, 10 Desember 2024
Dokumentasi: Rakor Komisi Hukum dan Perundang-undangan MUI Sumatera Utara
Rapat Koordinasi Komisi Hukum dan Perundang-undangan MUI Sumatera Utara tanggal 7-8 Desember 2024 di Kisaran. Dihadiri oleh seluruh MUI Kabupaten Kota se-Sumatera Utara.
Rabu, 04 Desember 2024
Diksi "90BL0K"Gus Miftah
"Goblok" lagi dalam perbincangan terkait dengan ucapan Gus Miftah dalam sebuah acara ceramahnya. Gus Miftah mengeluarkan diksi goblok yang ditujukan kepada seorang penjual teh di tengah acara ceramahnya. Tidak itu saja tetapi respon tertawa terbahak-bahak dari rekan satu panggung Gus Miftah menjadikan diksi "goblok" bernilai lebih sarkasme.
Apa yang dilakukan oleh Gus Miftah seharusnya tidak boleh terjadi. Gus Miftah adalah seorang ustad, tokoh masyarakat , panutan masyarakat maka seharusnya perilaku tersebut tidak boleh terjadi. Apalagi saat beliau diamanahkan oleh negara sebagai staff utusan presiden.Sebagai seorang ustad ,tokoh masyarakat apalagi pejabat negara maka seharusnya diksi yang dipergunakan itu harus diseleksi. Ada kata-kata yang barangkali biasa digunakan oleh masyarakat awam namun tentu tidak tepat kalau itu disampaikan oleh ustad atau tokoh masyarakat. Sebagai seorang tokoh masyarakat yang menjadi panutan masyarakat seharusnya berkata lebih bijak. Berkata lebih mengutamakan sopan santun di dalam berbahasa.
Kadang-kadang ada tokoh masyarakat ketika berbicara di khalayak ramai ingin mendapat respon dari pendengarnya memakai kosakata dengan ragam kasar agar mendapat sambutan yang meriah dari. Inilah yang selalu dilakoni oleh Gus Miftah dalam berbagai kesempatan berceramah. Selain ragam kata kasar ada yang bernada diksi pembullyan, diksi pornografi dan sebagainya.
Kasus diksi goblok Gus Miftah mudah-mudahan menjadi pembelajaran bagi tokoh masyarakat termasuk juga para pejabat dalam berbicara. Lihatlah tayangan debat di televisi secara live para "tokoh" Banyak kasus kita melihat para pejabat atau tokoh saat berbicara kadang-kadang secara live dengan tutur kata yang kasar. Itu ditonton oleh ribuan atau jutaan masyarakat. Diksi yang kasar, diksi yang melecehkan, diksi bernada vulgar mereka perdengarkan untuk masyarakat.
Sekali kasus ucapan "goblok" Gus Miftah menjadi pelajaran bagi kita semua khususnya bagi kelompok dan pejabat publik. Atulah diksi yang tepat yang baik dalam kondisi apapun. Inilah salah satu cara tokoh atau pejabat memberikan contoh yang baik kepada masyarakat dengan diksi yang tepat.
Senin, 02 Desember 2024
Bangun Orang Waras
BANGUN ORANG WARAS
Hei bangun Orang waras,
Demokrasi sudah Basi,
Buah ini busuk tak ada Nutrisi.
Raga nya Hidup,
Namun sukma nya Mati.
Hukum memang buta tapi kenal Transaksi.
Hey pak Petani,
Pupuk mahal cuma modus!
Agar beras Impor jalannya bisa mulus.
Hey pak guru,
Pengangkatanmu tak diurus!
Agar gaji tetap kecil terus menerus.
Hutan adat itu Rumah kami,
dijual kini.
Ratusan tahun kami sudah disini,
Skarang menjadi,, lahan sawit Oligarki.
Lagu ini diciptakan atas dasar keresahan para personel METHOSA yang peduli akan nasib bangsa, serta Masyarakat yang ada di dalam nya, dari segelintir lapisan Masyarakat, terutama Menengah ke Bawah.
#Merdeka
#musik
#demokrasi
Minggu, 01 Desember 2024
MARI KITA BANTU REMAJA KITA !
Ada apa dengan remaja kita??
Pertanyaan ini harus kembali kita pertanyakan. Hal ini terkait peristiwa terkini yang begitu menyesakkan dada kita semua. Seorang remaja yang berusia empat belas tahun membunuh ayah dan neneknya serta melukai ibunya yang selamat dari pembunuhan. Kejadian ini terjadi didaerah Lebak Bulus,Cilandak Jakarta SelatanSangat , Sabtu ( 30/11/2024) pukul 01.00 WIB. Miris sekali. Sesuatu yang di luar nalar manusia. Tetapi itulah yang terjadi.
Terlepas apa yang melatarbelakangi peristiwa tersebut maka perlu kita semua memikir ulang kembali pembinaan remaja. Pembinaan remaja baik itu di keluarga, di lingkungan sekolah maupun di masyarakat. Kalau mau jujur pembinaan remaja ini nyaris tanpa perhatian termasuk dalam lingkungan keluarga, Padahal di lingkungan keluarga itulah yang paling utama pembentukan agar remaja menjadi sosok yang tangguh. Remaja kita perlu bimbingan kita. Jangan sampai mereka kehilangan arah makna dari sebuah kehidupan.
Lihatlah hari ini banyak dalam lingkungan keluarga anak-anak kita dalam bimbingan perangkat gadgetnya. Tiada hari tanpa bermain game. Begitu asyiknya mereka larut dan terlibat dalam permainan game tersebut. Tak heran muncul kalimat-kalimat tanpa arah ( seperti memaki dan berteriak kesal ) saat bermain game. Belum lagi dalam dunia digital saat ini mereka bisa mengakses segala bentuk imformasi dengan mudahnya. Himpitan ekonomi, kesibukan bekerja dan sebagainya kadang-kadang menjadi alasan keluarga abai dengan pembinaan anak di lingkungan keluarga. Tapi tentu itu bukan sebuah alasan menjadikan kita abai mempersiapkan anak-anak kita untuk masa depannya.
Lingkungan pendidikanpun nyaris tidak bisa kita harapkan sepenuhnya memberikan pembinaan terbaik buat remaja kita. Situasi pendidikan hari ini jauh berbeda dengan tiga puluh atau empat tahun yang lalu.terkait kepatuhan anak dan orang tua mengenai pendidikan. Tindakan hukuman keras ( seperti memukul, berjemur di lapangan dan sebagainya ) adalah hal yang disepakati tanpa tertulis. Semua itu dalamn rangka memberikan kedisiplinan, kepatuhan dan juga pembinaan. Namun sekarang, hal itu jika dilakukanakan menjadi masalah bagi guru. Maka jangan heran di berbagai platform media sosial diposting video yang memperlihatkan para siswa seenaknya merokok di dalam kelas, melawan dan memukul gurunya, bertindak tidak senonoh dan sebagainya. Guru nyaris saat ini tidak punya "kekuasaan" yang maksimal untuk mengatasi persoalan tersebut. Lihatlah banyak video parodi tentang guru yang kita saksikan di berbagai media sosial.
Pembinaan remaja di lingkungan masyarakat semakin berkurang. Organisasi atau perkumpulan yang menghimpun remaja sepi dari peminatnya. Organisasi atau perkumpulan ini seperti mati suri. Sebagai contoh, Remaja Masjid yang dulunya sangat populer namun hari ini di Kabupaten Karo hampir 90% masjid tidak memiliki organisasi Remaja Masjid. Begitu juga organisasi remaja dan pemuda tidak memiliki agenda kegiatan yang rutin sebagai wadah pembina generasi muda. Kita tidak lagi punya kepedulian untuk memberikan pembinaan remaja di masyarakat.
Apa yang kami bicarakan di atas adalah sebuah gambaran umumnya betapa lemahnya kita terkait pembinaan remaja. Padahal tantangann remaja saat ini begitu besar. Remaja harus memiliki ketangguhan mental untuk menghadapi berbagai persoalan saat ini menghadapi dunia digital dengan imformasi yang begitu terbuka. Harus ada gerakan besar yang kita lakukan bersama. Harus ada kepedulian bersama membina genarasi muda. Ini tugas kita bersama.
Jangan ada lagi kasus yang menytesakkan dada kita.
Langganan:
Postingan (Atom)